Wahana Edukasi

Kamis, 14 Mei 2015

Legenda Sangkuriang

Sangkuriang

Sangkuriang
Sangkuriang adalah legenda yang berasal dari Tanah Sunda. Legenda tersebut berkisah tentang terciptanya danau Bandung, Gunung Tangkuban Parahu, Gunung Burangrang, dan Gunung Bukit Tunggul. Dan berbagai cerita menarik yang patut disimak dari legenda tersebut adalah kisah cerita cinta antara anak dan ibunya.

Pada jaman dahulu, tersebutlah kisah seorang puteri raja di Jawa Barat bernama Dayang Sumbi. Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang diberi nama Sangkuriang. Anak tersebut sangat gemar berburu Ia berburu dengan ditemani oleh Tumang, anjing kesayangan istana. Sangkuriang tidak tahu, bahwa anjing itu adalah titisan dewa dan juga bapaknya.

Pada suatu hari Tumang tidak mau mengikuti perintahnya untuk mengejar hewan buruan. Maka anjing tersebut diusirnya ke dalam hutan. Ketika kembali ke istana, Sangkuriang menceritakan kejadian itu pada ibunya. Bukan main marahnya Dayang Sumbi begitu mendengar cerita itu. Tanpa sengaja ia memukul kepala Sangkuriang dengan sendok nasi yang dipegangnya. Sangkuriang terluka. Ia sangat kecewa dan pergi mengembara.

Pada jaman dahulu, tersebutlah kisah seorang puteri raja di Jawa Barat bernama Dayang Sumbi. Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang diberi nama Sangkuriang. Anak tersebut sangat gemar berburu Ia berburu dengan ditemani oleh Tumang, anjing kesayangan istana. Sangkuriang tidak tahu, bahwa anjing itu adalah titisan dewa dan juga bapaknya.

Pada suatu hari Tumang tidak mau mengikuti perintahnya untuk mengejar hewan buruan. Maka anjing tersebut diusirnya ke dalam hutan. Ketika kembali ke istana, Sangkuriang menceritakan kejadian itu pada ibunya. Bukan main marahnya Dayang Sumbi begitu mendengar cerita itu. Tanpa sengaja ia memukul kepala Sangkuriang dengan sendok nasi yang dipegangnya. Sangkuriang terluka. Ia sangat kecewa dan pergi mengembara.

Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat menyesali dirinya. Ia selalu berdoa dan sangat tekun bertapa. Pada suatu ketika, para dewa memberinya sebuah hadiah. Ia akan selamanya muda dan memiliki kecantikan abadi. Setelah bertahun-tahun mengembara, Sangkuriang akhirnya berniat untuk kembali ke tanah airnya. Sesampainya disana, kerajaan itu sudah berubah total. Disana dijumpainya seorang gadis jelita, yang tak lain adalah Dayang Sumbi. Terpesona oleh kecantikan wanita tersebut maka, Sangkuriang melamarnya. Oleh karena pemuda itu sangat tampan, Dayang Sumbi pun sangat terpesona padanya.

Pada suatu hari Sangkuriang minta pamit untuk berburu. Ia minta tolong Dayang Sumbi untuk merapikan ikat kepalanya. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi ketika melihat bekas luka di kepala calon suaminya. Luka itu persis seperti luka anaknya yang telah pergi merantau. Setelah lama diperhatikannya, ternyata wajah pemuda itu sangat mirip dengan wajah anaknya. Ia menjadi sangat ketakutan. Maka kemudian ia mencari daya upaya untuk menggagalkan proses peminangan itu. Ia mengajukan dua buah syarat. Pertama, ia meminta pemuda itu untuk membendung sungai Citarum. Dan kedua, ia minta Sangkuriang untuk membuat sebuah sampan besar untuk menyeberang sungai itu. Kedua syarat itu harus sudah dipenuhi sebelum fajar menyingsing.

Malam itu Sangkuriang melakukan tapa. Dengan kesaktiannya ia mengerahkan mahluk-mahluk gaib untuk membantu menyelesaikan pekerjaan itu. Dayang Sumbi pun diam-diam mengintip pekerjaan tersebut. Begitu pekerjaan itu hampir selesai, Dayang Sumbi memerintahkan pasukannya untuk menggelar kain sutra merah di sebelah timur kota. Ketika menyaksikan warna memerah di timur kota, Sangkuriang mengira hari sudah menjelang pagi. Ia pun menghentikan pekerjaannya. Ia sangat marah oleh karena itu berarti ia tidak dapat memenuhi syarat yang diminta Dayang Sumbi.

Dengan kekuatannya, ia menjebol bendungan yang dibuatnya. Terjadilah banjir besar melanda seluruh kota. Ia pun kemudian menendang sampan besar yang dibuatnya. Sampan itu melayang dan jatuh menjadi sebuah gunung yang bernama “Tangkuban Perahu.” mengajukan dua buah syarat. Pertama, ia meminta pemuda itu untuk membendung sungai Citarum. Dan kedua, ia minta Sangkuriang untuk membuat sebuah sampan besar untuk menyeberang sungai itu. Kedua syarat itu harus sudah dipenuhi sebelum fajar menyingsing.

Malam itu Sangkuriang melakukan tapa. Dengan kesaktiannya ia mengerahkan mahluk-mahluk gaib untuk membantu menyelesaikan pekerjaan itu. Dayang Sumbi pun diam-diam mengintip pekerjaan tersebut. Begitu pekerjaan itu hampir selesai, Dayang Sumbi memerintahkan pasukannya untuk menggelar kain sutra merah di sebelah timur kota. Ketika menyaksikan warna memerah di timur kota, Sangkuriang mengira hari sudah menjelang pagi. Ia pun menghentikan pekerjaannya. Ia sangat marah oleh karena itu berarti ia tidak dapat memenuhi syarat yang diminta Dayang Sumbi.

Dengan kekuatannya, ia menjebol bendungan yang dibuatnya. Terjadilah banjir besar melanda seluruh kota. Ia pun kemudian menendang sampan besar yang dibuatnya. Sampan itu melayang dan jatuh menjadi sebuah gunung yang bernama “Tangkuban Perahu.”

Contoh Naskah Pembawa Acara

Contoh Naskah Pembawa Acara
Hari Ulang Tahun RI (HUT RI)


Kepada Bapak Kades yang saya hormati, beserta ibu kades
kepada Bapak Rt Dan Bapak Rw ,yang saya hormati
Para hadirin sekalian yang saya hormati yang telah datang ke acara ini dalam rangka menyambut perayaan  HUT RI Ke 60
Assalaamualaikum wr. wb.
Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWTyang telah melimpahkan rahmat Nya kepada kita. Hanya dengan rahmat-Nya semata, pada hari ini kita dapat berkumpul dalam acara menyambut perayaan  HUT RI yang ke 58
Adapun susunan acara kita pada hari ini adalah:
1. Pembukaan
2. Sambutan sambutan Bapak Lurah
3. pemberian hadiah kepada peserta lomba gerak jalan santai oleh bapak Rw
4. Hiburan
5. Doa
6. Penutup
Hadirin, marilah kita awali acara ini dengan membaca basmallah ,,,, (Bismillaahirrohmanirrohiim)
Semoga apa yang kita lakukan hari ini dapat membawa kebaikan bagi kita semua, aaamiiin.....
Hadirin yang berbahagia .....
Kita ikuti acara yang kedua, yaitu sambutan-sambutan:
Sambutan yang pertama dari Bapak Lurah Desa Talun saya silahkan bapak lurah untuk memberikan sambutan sepatah dua patah kata tempat dan waktu saya persilahkan
(Dilanjutkan Sambutan Bapak Kades )
Demikianlah pesan-pesan bapak lurah kita . Dalam sambutan beliau tadi, berpesan untuk menjaga keutuhan bangsa dan Negara yang kita cintai ini dan memasayarakatkan olah raga kepada masyarakat terutama gerak jalan santai sebagai olah raga yang murah dan praktis
Selanjutnya, sambutan dari Bapak Rw sekaligus pemberian hadiah bagi pemenang loba gerak jalan santai

kepada Bapak/RW  ...... kami persilakan.
(Dilanjutkan Sambutan Bapak Rw )
Terima kasih Bapak Rw atas sambutanya seta petuahnya yang sangat bermanfaat bagi kita semua
Beberapa acara telah kita lalui bersama. Dan sekarang tibalah kita pada acara yang kita nantikan, yaitu acara hiburan. Sebagai pembuka, kita sambut Tari .jaipong yang akan dibawakan dara-dara mojang mojang periangan kita  Tepuk tangan yang meriah.

(Diisi dengan acara hiburan lainnya)
Tak terasa, tiga jam telah kita lewati bersama. Berbagai rangkaian acara terah kita lalui. Tibalah saatnya kita akan mengakhiri acara ini. Untuk itu, marilah kita tutup acara ini dengan pembacaan doa dari Bapak ustad zakir
 Kepada Bapak, waktu dan tempat kami sediakan.
Dengan berakhirnya pembacaan doa tadi maka berakhir pulalah acara perpisahan hari ini. Mudah-mudahan acara hari ini memberi kesan mendalam bagi kita semua.
Sebagai pembawa acara saya mohon maaf jika ada hal
yang kurang berkenan. Jayalah Indonesia Dirgahayu Republik Indonesia
Wassalaamualaikum wr.wb.


pengertian ekologi

Ekologi

pengertian ekologi
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos ("habitat") dan logos ("ilmu"). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 - 1914).[1] Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.
Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling memengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.
Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru muncul pada tahun 70-an.[2] Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap cabang biologinya. Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan antar makhluk hidup dan dengan benda tak hidup di dalam tempat hidupnya atau lingkungannya.[2] Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling melengkapi dengan zoologi dan botani yang menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba memperkirakan, dan ekonomi energi yang menggambarkan kebanyakan rantai makanan manusia dan tingkat tropik.
Para ahli ekologi mempelajari hal berikut
  1. Perpindahan energi dan materi dari makhluk hidup yang satu ke makhluk hidup yang lain ke dalam lingkungannya dan faktor-faktor yang menyebabkannya.
  2. Perubahan populasi atau spesies pada waktu yang berbeda dalam faktor-faktor yang menyebabkannya.
  3. Terjadi hubungan antarspesies (interaksi antarspesies) makhluk hidup dan hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.

Kini para ekolog(orang yang mempelajari ekologi)berfokus kepada Ekowilayah bumi dan riset perubahan iklim.

Konsep Ekologi

Hubungan keterkaitan dan ketergantungan antara seluruh komponen ekosistem harus dipertahankan dalam kondisi yang stabil dan seimbang (homeostatis)[2]. Perubahan terhadap salah satu komponen akan memengaruhi komponen lainnya.[2] Homeostatis adalah kecenderungan sistem biologi untuk menahan perubahan dan selalu berada dalam keseimbangan.[1]
Ekosistem mampu memelihara dan mengatur diri sendiri seperti halnya komponen penyusunnya yaitu organisme dan populasi[1]. Dengan demikian, ekosistem dapat dianggap suatu cibernetik di alam. Namun manusia cenderung mengganggu sistem pengendalian alamiah ini[1].
ekosistem merupakan kumpulan dari bermacam-macam dari alam tersebut, contoh hewan, tumbuhan, lingkungan, dan yang terakhir manusia

Kamis, 07 Mei 2015

contoh kata pengantar

Contoh Kata Pengantar

 contoh kata pengantar makalah

KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat meneyelesaikan makalah berjudul “Jogging Meningkatkan Kebugaran Jasmani” ini dalam waktu yang telah ditentukan.
              Makalah ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1.    Allah SWT. Yang telah meridloi pembuatan makalah dengan baik.
2.    Teman yang telah membantu menyusun makalah ini
3.    Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dalam perbaikan karya tulis ini sangat penulis harapkan.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya guna mengetahui cara meningkatkan kebugaran jasmani.


Penulis

contoh kata pengantar Laporan pakerin

Kata Pengantar


    Dengan mengucapkan syukur alhamdulilah atas kehadirat Allah Subhanahuwataala., yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan pelaksanaan Praktik Kerja Industri (Prakerin) di Koperasi “Maju Bersama Syariah” dapat terselesaikan dengan baik.
  1. Laporan ini dapat terselesaikan atas bantuan dan bimbingan semua pihak. Untuk itu saya mengfucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu dalam penyelesaian laporan ini, terutama kepada :Ayah dan ibu tercinta yang telah  mendukung baik secara moril maupun materil dalam pelaksanaan prakerin serta penyusunan laporan ini.
  2. Bapak. Drs.Dede Sobandi selaku kepala sekolah SMK Informatika Terpadu Bandung yang telah membantu laporan ini dan mengadakan prakerin ini.
  3. Bapak. Jajang M.Rozaq, S.T.,selaku pembimbing sekolah yang telah membimbing dan mempersetujui hasillaporanprakerin  ini sampai selesai.
  4. Bapak.Irfan Hilmy, S.Pd., selaku pembimbing laporan yang telah menjadi pembimbing dalam laporan ini.
  5. Bapak. Endang Sobandi selaku pembimbing DU/DI yang telah membimbing selama prakerin di koperasi “Maju bersama syariah”.
  6. Bapak.Nandang Gumilar, sebagai wakasek kurikulum yang telah membantu dan membimbing sampai laporan ini diselesaikan dan menyetujui prakerin di koperasi”Maju bersama syariah”.
  7. Guru- guru SMK Informatika Tepadu Bandung yang telah mempersakati prakerin  di koperasi”maju bersama syariah”.
  8. Karyawan-karyawan Koperasi yang telah membantu dan memberitahu kegiatan selama prakerin selesai.
  9. Serta semua pihak yang penulis tidak sebutkan satu persatu, yang telah membantu penulis dalam menyusun laporan ini selesai.
  10. Serta pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan ini.

    Penyusunan laporan ini sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Sekolah (UAS) dan Ujikom serta Ujian Akhir Nasional (UAN) tahun pelajaran 2015/2016 serta sebagai bukti bahwa telah melaksanakan Praktik Kerja Industri (Prakerin).
    Saya menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini sangat saya harapkan. Mudah-mudahan laporan ini dapat bermanfaat bagi saya khususnya dan pembaca pada umumnya.
   
Ibun,April  2015


    Penulis

Biografi Abu Nawas

Abu Nawas


Abu Nawas
Biografi Abu Nawas
Abu Nawas mempunyai nama asli   Abu Ali al-Hasan bin Hani al-Hakami. Dia dilahirkan pada 145 H (747 M ) di kota Ahvaz di negeri Persia (Iran sekarang),  dari ayah Arab dan ibu Persia merupakan seorang pujangga Arab dan dianggap sebagai salah satu penyair terbesar sastra Arab klasik. Abu Nawas juga muncul beberapa kali dalam kisah Seribu Satu Malam. Ayahnya, Hani al-Hakam, merupakan anggota legiun militer Marwan II. Sementara ibunya bernama Jalban, wanita Persia yang bekerja sebagai pencuci kain wol. Sejak kecil ia sudah yatim. Sang ibu kemudian membawanya ke Bashrah, Irak. Di kota inilah Abu Nawas belajar berbagai ilmu pengetahuan.
Masa mudanya penuh perilaku kontroversial yang membuat Abu Nawas tampil sebagai tokoh yang unik dalam khazanah sastra Arab Islam. Meski begitu, sajak-sajaknya juga sarat dengan nilai sprirtual, di samping cita rasa kemanusiaan dan keadilan. Abu Nawas belajar sastra Arab kepada Abu Zaid al-Anshari dan Abu Ubaidah. Ia juga belajar Al-Quran kepada Ya'qub al-Hadrami. Sementara dalam Ilmu Hadis, ia belajar kepada Abu Walid bin Ziyad, Muktamir bin Sulaiman, Yahya bin Said al-Qattan, dan Azhar bin Sa'ad as-Samman.
Pertemuannya dengan penyair dari Kufah, Walibah bin Habab al-Asadi, telah memperhalus gaya bahasanya dan membawanya ke puncak kesusastraan Arab. Walibah sangat tertarik pada bakat Abu Nawas yang kemudian membawanya kembali ke Ahwaz, lalu ke Kufah. Di Kufah bakat Abu Nawas digembleng. Ahmar menyuruh Abu Nawas berdiam di pedalaman, hidup bersama orang-orang Arab Badui untuk memperdalam dan memperhalus bahasa Arab.

Kemudian ia pindah ke Baghdad. Di pusat peradaban Dinasti Abbasyiah inilah ia berkumpul dengan para penyair. Berkat kehebatannya menulis puisi, Abu Nawas dapat berkenalan dengan para bangsawan. Namun karena kedekatannya dengan para bangsawan inilah puisi-puisinya pada masa itu berubah, yakni cenderung memuja dan menjilat penguasa.
Dalam Al-Wasith fil Adabil 'Arabi wa Tarikhihi, Abu Nawas digambarkan sebagai penyair multivisi, penuh canda, berlidah tajam, pengkhayal ulung, dan tokoh terkemuka sastrawan angkatan baru. Namun sayang, karya-karya ilmiahnya justru jarang dikenal di dunia intelektual. Ia hanya dipandang sebagai orang yang suka bertingkah lucu dan tidak lazim. Kepandaiannya menulis puisi menarik perhatian Khalifah Harun al-Rasyid. Melalui musikus istana, Ishaq al-Wawsuli, Abu Nawas dipanggil untuk menjadi penyair istana (sya'irul bilad).

Sikapnya yang jenaka menjadikan perjalanan hidupnya benar-benar penuh warna. Kegemarannya bermain kata-kata dengan selera humor yang tinggi seakan menjadi legenda tersendiri dalam khazanah peradaban dunia. Kedekatannya dengan kekuasaan juga pernah menjerumuskannya ke dalam penjara. Pasalnya, suatu ketika Abu Nawas membaca puisi Kafilah Bani Mudhar yang dianggap menyinggung Khalifah. Tentu saja Khalifah murka, lantas memenjarakannya. Setelah bebas, ia berpaling dari Khalifah dan mengabdi kepada Perdana Menteri Barmak. Ia meninggalkan Baghdad setelah keluarga Barmak jatuh pada tahun 803 M. Setelah itu ia pergi ke Mesir dan menggubah puisi untuk Gubernur Mesir, Khasib bin Abdul Hamid al-Ajami. Tetapi, ia kembali lagi ke Baghdad setelah Harun al-Rasyid meninggal dan digantikan oleh Al-Amin.
Sejak mendekam di penjara, syair-syair Abu Nawas berubah, menjadi religius. Jika sebelumnya ia sangat pongah dengan kehidupan duniawi yang penuh glamor dan hura-hura, kini ia lebih pasrah kepada kekuasaan Allah.
Memang, pencapaiannya dalam menulis puisi diilhami kegemarannya melakukan maksiat. Tetapi, justru di jalan gelap itulah, Abu Nawas menemukan nilai-nilai ketuhanan. Sajak-sajak tobatnya bisa ditafisrkan sebagai jalan panjang menuju Tuhan. Meski dekat dengan Sultan Harun al-Rasyid, Abu Nawas tak selamanya hidup dalam kegemerlapan duniawi. Ia pernah hidup dalam kegelapan – tetapi yang justru membawa keberkahan tersendiri.
Seorang sahabatnya, Abu Hifan bin Yusuf bin Dayah, memberi kesaksian, akhir hayat Abu Nawas sangat diwarnai dengan kegiatan ibadah. Beberapa sajaknya menguatkan hal itu. Salah satu bait puisinya yang sangat indah merupakan ungkapan rasa sesal yang amat dalam akan masa lalunya. Mengenai tahun meningalnya, banyak versi yang saling berbeda. Ada yang menyebutkan tahun 190 H/806 M, ada pula yang 195H/810 M, atau 196 H/811 M. Sementara yang lain tahun 198 H/813 M dan tahun 199 H/814 M. Konon Abu Nawas meninggal karena dianiaya oleh seseorang yang disuruh oleh keluarga Nawbakhti – yang menaruh dendam kepadanya. Ia dimakamkan di Syunizi di jantung Kota Baghdad.


Menjadi Penyair Terkenal


Abu Nawas yang sudah terkenal itu kemudian pindah ke Baghdad yang merupakan pusat peradapan dan kejayaan dunia saat itu (mungkin kalau sekarang seperti Amerika). Di pusat peradapan Dinasti Abbasyiah inilah ia kemudian banyak bergaul dengan para bangsawan. Abu Nawas sering bersyair untuk para bangsawan dan saudagar. Tentunya syairnya banyak yang berisi kata-kata pujian dan sanjungan agar mereka senang dan memberikan upah yang tinggi untuk Abu Nawas. Ia jadi terkenal sebagai penyair yang menjilat penguasa untuk kepentingan dirinya.

Gaya hidup Abu Nawas menjadi sering glamour dan hura-hura, banyak hal kontroversial yang dilakukannya. Ia tampil sebagai tokoh unik sekaligus kontroversial dalam khasanah sastra Arab.

Didalam suatu kitab sejarah sastra Arab yang berjudul Al-Wasith fil Adabil 'Arabi wa Tarikhihi, Abu Nawas diceritakan sebagai seorang penyair dan sastrawan yang multi talenta, cerdik, multivisi, tajam berkata-kata dan tentunya jenaka. Ia sebenarnya juga menulis karya-karya ilmiah akan tetapi jarang dibahas dan tertutup oleh karya syairnya. Ia terkenal sebagai penyair yang jenaka, bertingkah lucu dan tak lazim.

Kepandaiannya dalam menulis syair dan puisi memikat penguasa saat itu yaitu Raja Harun Al Rasyid yang kemudian memanggilnya ke istana untuk dijadikan syairul bilad atau penyair istana.

Abu Nawas Dipenjarakan


Abu Nawas tak selalu berlimpah kemewahan, Di akhir hidupnya ia malah terkena masalah dengan penguasa setempat. Ketika Abu Nawas membaca puisi Kafilah Bani Mudar untuk Khalifah, tak disangka Khalifah tersinggung dengan puisi Abu Nawas. Sang penguasa akhirnya menjebloskan Abu Nawas ke penjara.
Di penjara inilah kehidupan Abu Nawas berubah drastis yang semula penuh kemewahan menjadi penuh keprihatinan, namun justru saat itulah sisi spiritualnya terketuk. Ia jadi sering mendekatkan diri pada Allah. Syair-syair dan puisinya yang awalnya berisi kepongahan dan keglamoran menjadi lebih bernuansa religi dan kepasrahan kepada Allah.
Seorang sahabatnya, Abu Hifan bin Yusuf bin Dayah, memberi kesaksian, akhir hayat Abu Nawas sangat diwarnai dengan kegiatan ibadah. Beberapa sajaknya menguatkan hal itu. Salah satu bait puisinya yang sangat indah merupakan ungkapan rasa sesal yang amat dalam akan masa lalunya.
Mengenai tahun meningalnya, banyak versi yang saling berbeda. Ada yang menyebutkan tahun 190 H/806 M, ada pula yang 195H/810 M, atau 196 H/811 M. Sementara yang lain tahun 198 H/813 M dan tahun 199 H/814 M. Konon Abu Nawas meninggal karena dianiaya oleh seseorang yang disuruh oleh keluarga Nawbakhti – yang menaruh dendam kepadanya. Ia dimakamkan di Syunizi di jantung Kota Baghdad.

sekian artikel tentang Biografi Abu Nawas semoga bermanfaar

biografi singkat Oemar Said Tjokroaminoto

Hadji Oemar Said Tjokroaminoto

Oemar Said Tjokroaminoto
Lahir    16 Agustus 1882
Ponorogo, Jawa Timur

Meninggal    17 Desember 1934 (umur 52)
Yogyakarta, Indonesia

Pekerjaan    Guru Sukarno

Agama    Islam

Pasangan    Suharsikin
Anak    Siti Oetari
Harsono Tjokroaminoto

Kerabat    Sukarno (murid dan mantan menantu)
R.M. Tjokroamiseno (ayah)
Warok R.M. Adipati Tjokronegoro (kakek)


Tjokroaminoto adalah anak kedua dari 12 bersaudara dari ayah bernama R.M. Tjokroamiseno, salah seorang pejabat pemerintahan pada saat itu. Kakeknya, R.M. Adipati Tjokronegoro, pernah juga menjabat sebagai Bupati Ponorogo.
De Ongekroonde van Java atau "Raja Jawa Tanpa Mahkota" bernama Tjokroaminoto adalah salah satu pelopor pergerakan di indonesia dan sebagai guru para pemimpin-pemimpin besar di indonesia, berangkat dari pemikiran ialah yang melahirkan berbagai macam ideologi bangsa indonesia pada saat itu, rumah ia sempat dijadikan rumah kost para pemimpin besar untuk menimbah ilmu padanya, yaitu Semaoen, Alimin, Muso, Soekarno, Kartosuwiryo, bahkan Tan Malaka pernah berguru padanya, ia adalah orang yang pertama kali menolak untuk tunduk pada Belanda, setelah ia meninggal lahirlah warna-warni pergerakan indonesia yang dibangun oleh murid-muridnya, yakni kaum sosialis/komunis yang dianut oleh Semaoen, Muso, Alimin, Soekarno yang nasionalis, dan Kartosuwiryo yang islam merangkap sebagai sekretaris pribadi. Namun, ketiga muridnya itu saling berselisih menurut paham masing-masing. Pengaruh kekuatan politik pada saat itu memungkinkan para pemimpin yang sekawanan itu saling berhadap-hadapan hingga terjadi Pemberontakan Madiun 1948 yang dilakukan Partai komunis Indonesia karena memproklamasikan "Republik Soviet Indonesia" yang dipimpin Muso dan dengan terpaksa presiden Soekarno mengirimkan pasukan elite TNI yakni Divisi Siliwangi yang mengakibatkan "abang" sapaan akrab Soekarno kepada Muso pemimpin Partai komunis pada saat itu tertembak mati 31 Oktober, dan dilanjutkan pemberontakan oleh Negara Islam Indonesia(NII) yang dipimpin oleh Kartosuwiryo dan akhirnya hukuman mati yang dijatuhkan oleh Soekarno kepada kawannya Kartosuwiryo pada 12 September 1962. Pada bulan Mei 1912, HOS Tjokroaminoto mendirikan organisasi Sarekat Islam yang sebelumnya dikenal Serikat Dagang Islam dan terpilih menjadi ketua.
Salah satu trilogi darinya yang termasyhur adalah Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat. Ini menggambarkan suasana perjuangan Indonesia pada masanya yang memerlukan tiga kemampuan pada seorang pejuang kemerdekaan. Dari berbagai muridnya yang paling ia sukai adalah Soekarno hingga ia menikahkan Soekarno dengan anaknya yakni Siti Oetari, istri pertama Soekarno. Pesannya kepada Para murid-muridnya ialah "Jika kalian ingin menjadi Pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan bicaralah seperti orator". Perkataan ini membius murid-muridnya hingga membuat Soekarno setiap malam berteriak belajar pidato hingga membuat kawannya, Muso, Alimin, Kartosuwiryo, Darsono, dan yang lainnya terbangung dan tertawa menyaksikannya.
Tjokro meninggal di Yogyakarta, Indonesia, 17 Desember 1934 pada umur 52 tahun. Ia dimakamkan di TMP Pekuncen, Yogyakarta, setelah jatuh sakit sehabis mengikuti Kongres SI di Banjarmasin.